DESA PENGHASIL BATIK TULIS RAMAH LINGKUNGAN


Batik Desa Kebon yang menggunakan pewarna alami
Batik merupakan salah satu karya seni terkemuka di seluruh nusantara dan telah menjadi kegiatan produksi yang penting di beberapa kota di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Perindustrian, pada tahun 2009 terdapat 28,287 UKM batik di Inonesia yang mempekerjakan 792.286 tenaga kerja.

Suksesnya pedagangan batik di Indonesia menimbulkan persoalan lingkungan sendiri karena industri batik setiap tahunnya memproduksi kadar emisi CO2 yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan sektor UKM lainnya dengan mengkonsumsi bahan bakar minyak tanah, zat kimia pemutih secara berlebihan sehingga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Desa Kebon yang terletak di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, merupakan salah satu sentra batik tulis dengan menggunakan pewarna alam. Sebelum gempa DIY-Jateng 2006, sebagian pembatik di desa ini menjadi buruh batik ditempat usaha batik yang telah memiliki nama di kota-kota besar, seperti Jogja dan Solo. Akan tetapi setelah gempa, sebagian besar dari mereka kembali ke desa dan hanya melakukan pembatikan apabila ada order dari para pengusaha di kota-kota besar.

Di Desa Kebon ini terdapat 5 kelompok Pembatik yang terdiri dari 169 ibu-ibu yang bekerja di sektor kerajinan batik tulis dengan pewarna alam ini. Pewarna alam yang digunakan antara lain berupa kayu jambal, mahoni dan secang, teger, serta daun mangga dan jati. Proses yang dilakukan agar pewarna alam ini dapat menjadi pasta yang akan digunakan untuk membatik memakan waktu proses selama 3 bulan.
Pewarna alami yang digunakan sebagai bahan baku
"Desa Kebon menjadi salah satu daya tarik dari para wisatawan asing dengan konsep desa wisata batik dengan pewarna alamnya" kata bu Sri, salah satu pengrajin disela-sela. acara Jogja Export Expo 2010, di JEC Jogja.
"Banyak pembeli dari Malaysia yang datang ke Desa Kebon dan membeli batik kami dalam jumlah banyak lalu di bawa ke Malaysia" tambahnya.
Ketua Kelompok Perajin Batik Tulis Kebon Indah, Daliyem (42), mengakui pendampingan dan pelatihan dari LSM serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Klaten sangat membantu usahanya. Dengan menggunakan warna alami dari tumbuhan yang ada di sekitarnya, limbahnya bisa digunakan untuk pakan ternak dan tidak merusak lingkungan.
"Kedepannya penting bagi UKM-UKM menggalakkan industri yang ramah lingkungan karena akan menjadi syarat utama bagi konsumen luar negeri" tambahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA PENGHASIL BATIK TULIS RAMAH LINGKUNGAN

Batik Desa Kebon yang menggunakan pewarna alami Batik merupakan salah satu karya seni terkemuka di seluruh nusantara dan tela...