KEBANGKITAN USAHA KECIL MENENGAH DI KLATEN PASCA GEMPA BUMI

Saat kami sedang mengaduk adonan keripik tempe, bumi bergoncang keras dan rumah roboh. Genteng atap rumah menimpa penggorengan di atas kompor,’’ ujar Subowo (50), perajin makanan kecil di Sentra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Gondangan, Klaten.
Gempa yang melanda Yogyakarta dan Klaten itu berdampak pada sentra-sentra industri kecil di daerah tersebut. Mereka harus memulai kembali usahanya dari nol dengan mencari pinjaman modal atau mengharap bantuan dari LSM dan pemerintah.
Subowo mengatakan tidak hanya harus membangun rumahnya yang roboh, tapi juga kembali membangkitkan usahanya yang merupakan mata pencaharian utama. Setelah gempa itu usahanya berhenti satu bulan.
‘’Beruntung kami mendapat bantuan berupa dana pendampingan dari LSM di luar negeri, sehingga para perajin di Desa Gondangan dapat memulai lagi usahanya,’’ tutur Ketua Kelompok Perajin Makanan Kecil Guna Darma itu.

Kini, empat tahun berjalan setelah gempa sedikit demi sedikit usahanya bisa kembali tumbuh. Sebagian besar warga Gondangan menjadi perajin makanan kecil, misalnya keripik tempe, gadung, sukun, dan kerupuk karak.
Daerah lain di Klaten yang terkena dampak gempa adalah Desa Kebon, Kecamatan Bayat. Namun, gempa malah membawa perubahan di situ. Sebelumnya, sebagian besar pembatik adalah buruh pada usaha batik yang telah memiliki nama di kota-kota besar, antara lain Solo dan Yogyakarta.
Setelah gempa, sebagian kembali ke desa dan tidak bekerja kecuali mendapat order dari juragan batik di kota.
Pelatihan
Melihat potensi tersebut, LSM dari luar negeri di antaranya International Organization for Migration (IMO) yang berada di bawah dukungan Java Reconstruction Fund (JRF) melaksanakan program pemulihan kapasitas bagi usaha mikro dan kecil.
Capacity Building and Media Coordinator IOM Indonesia, Diana Setiawati, mengatakan pihaknya memberikan pelatihan dan penguatan kelompok kepada 169 ibu-ibu yang terbagi dalam lima kelompok pembatik di Desa Kebon.
Para pembatik diarahkan mengembangkan kemampuannya dengan menggunakan bahan pewarna alami yang diperoleh dari lingkungan sekitar, contohnya kayu mahoni, secang, teger, serta daun mangga dan jati.
‘’Selain itu, mereka mengembangkan motif batik yang menjadi khas di daerahnya,’’ jelas Diana.
Ketua Kelompok Perajin Batik Tulis Kebon Indah, Daliyem (42), mengakui pendampingan dan pelatihan dari LSM serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Klaten sangat membantu usahanya.
Dengan menggunakan warna alami dari tumbuhan yang ada di sekitarnya, limbahnya bisa digunakan untuk pakan ternak dan tidak merusak lingkungan.
‘’Pewarnaan alami yang kami gunakan merupakan kelebihan yang dimiliki oleh batik Desa Kebon meskipun butuh proses lama dalam produksinya,’’ ungkapnya.
Di Dusun Ngruyukan, Desa Burikan, Kecamatan Cawas ada salah satu perajin kain lurik yang tersohor karena produknya dipakai oleh anggota DPD Poppy Darsono serta Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng.

sumber : agus puspita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA PENGHASIL BATIK TULIS RAMAH LINGKUNGAN

Batik Desa Kebon yang menggunakan pewarna alami Batik merupakan salah satu karya seni terkemuka di seluruh nusantara dan tela...